Surabaya – Keindahan sebuah rumah seringkali dipengaruhi oleh bagaimana mendesain rumah beserta perabot yang ada di dalam dan di luar ruangan. Perabot interior yang digunakan untuk memperindah tampilan sebuah rumah, sering diasumsikan yang berharga mahal bahkan dibeli dari luar negeri.
Ternyata tidak semua perabot atau hiasan interior rumah harus dibeli dengan harga mahal, atau dari merk terkenal, tapi dapat memanfaatkan limbah plastik yang seringkali dianggap beban lingkungan hidup. Itulah yang dilakukan Salvina Adelia Susetyo, mahasiswa Jurusan Desain Interior Universitas Kristen Petra Surabaya, yang lulus pada 2025 ini. Sampah plastik dari rumah tangga seperti gayung, pot bunga, ember, hingga figura, diubah menjadi bahan alternatif untuk elemen interior.
“Limbah plastik ini dari dulu jadi limbah nomor satu, apalagi di rumah tangga menghasilkan sampah plastik paling banyak setiap harinya. Sedangkan sampah plastik itu perlu waktu yang lama sekali untuk bisa hancur di alam,” kata Salvina Adelia Susetyo.

Dipilihnya sampah plastik jenis polypropylene (PP) ini sebagai bahan alternatif elemen interior, karena jenis plastik ini tidak banyak dimanfaatkan atau didaur ulang. Bahan plastik PP yang cenderung lebih kaku, dicacah menjadi ukuran lebih kecil menggunakan mesin pencacah, kemudian ditaruh di loyang ukuran 40 x 60 cm untuk dipanaskan pada oven dengan suhu 250 derajad celcius selama kurang lebih 30 menit.
Setelah keluar dari oven, material plastik kemudian di-press atau ditekan secara manual, sehingga didapatkan ukuran yang lebih tipis dan rata, dari bentuk semula yang tidak beraturan dan bergelombang. Tapi setiap warna dari elemen plastik menghasilkan produk dengan tekstur yang berbeda-beda. Selanjutnya lembaran plastik dipotong sesuai kebutuhan material interior yang diinginkan.
“Jadi ada yang bergelombang hasilnya, ada yang teksturnya halus, yang hitam ini dari sampah plastik warna hitam, dari ember warna hitam, teksturnya seperti kerikil,” ujar Salvina.
Salvina kemudian membuat lima jenis karya, yakni parquet, nightstand, roster, terrazzo, dan katalog RHPP.
Setelah melewati beberapa proses, seperti pengovenan, pencampuran dengan semen dan atau resin, ataupun menggunakan heat–gun untuk melelehkan cacahan sampah plastik, Salvina akhirnya berhasil membuat lima jenis karya, yakni parquet, nightstand, roster, terrazzo, dan katalog RHPP (Recycled Household Polypropylene), yang dipadukan dengan campuran plastik cacah dengan semen, atau dengan resin.
“Parquet bisa digunakan untuk dinding dan lantai, Nightstand dipakai untuk menaruh barang dan penerangan, Roster bisa diaplikasikan di halaman rumah, dan Terrazzo merupakan campuran cacahan plastik dan semen yang kemudian diolesi resin,” lanjut Salvina.

Dengan memanfaatkan limbah plastik PP, Salvina berharap hasil karyanya ini dapat diaplikasikan sebagai bahan alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk elemen interior. Selain mencoba hal baru dalam bidang desain interior, Salvina memastikan material elemen interior dari limbah plastik tidak menimbulkan bau yang dapat membuat tidak nyaman orang yang berada di dalam ruangan yang ada interior dari limbah plastik.
“Kalau setelah jadi material interior, untuk jarak normal tidak ada baunya. Apalagi kalau sudah lama, sejauh ini masih aman,” tandasnya. (Petrus Riski)