Surabaya – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Sektor kuliner menjadi salah satu bidang UMKM yang paling dinamis dan memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan, terutama dalam segmen makanan cepat saji. Menu makanan cepat saji seperti ayam geprek telah menjadi tren kuliner di kalangan masyarakat Indonesia saat ini.
Di era persaingan global seperti saat ini, setiap usaha menghadapi tantangan yang tidak mudah. Salah satunya tantangan berupa persaingan dengan usaha lain yang sejenis, yang jumlahnya terus bertambah seiring berjalannya waktu. Banyaknya pesaing menjadikan peluang usaha menjadi semakin kecil, terlebih terus berkembangnya inovasi usaha yang menawarkan berbagai pilihan yang baru dan menarik.
Dalam konteks persaingan bisnis kuliner yang semakin ketat, UMKM di bidang kuliner dituntut untuk tidak hanya menyajikan produk berkualitas, tetapi juga mampu mengelola operasional dengan efisien dan mampu memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pasar.
Tantangan yang dihadapi UMKM bidang kuliner inilah yang menggerakkan dua mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang, Stanley Prabowo dan Sunarto Budiono, melakukan pendampingan secara khusus sebagai salah satu bentuk program pemberdayaan yang efektif untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing usaha kecil. Salah satu UMKM kuliner yang didampingi adalah gerai Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC) yang berada di The Graha, Tropodo-Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Menurut Stanley Prabowo, potensi pasar untuk usaha kuliner yang cukup baik cenderung menghadapi tantangan umum yang sering dialami pelaku usaha kecil. Tantangan itu antara lain keterbatasan dalam manajemen operasional, standarisasi produk, serta strategi pemasaran yang belum optimal.
“Situasi ini yang sering membuat usaha para pelaku usaha kecil ini tidak mampu bersaing, atau tidak dapat bertahan lama menghadapi situasi ekonomi yang sangat dinamis,” kata Stanley, salah satu mahasiswa program magister manajemen Universitas Negeri Malang yang melakukan pendampingan UMKM.

Dari observasi atau pengamatan awal, Stanley melihat bahwa UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC) ini memerlukan pendampingan dalam bidang standarisasi operasional yang bertujuan menjaga konsistensi kualitas produk. Selain itu, perlu adanya pengembangan sistem promosi berbasis digital, ekspansi pasar melalui platform online food delivery, keanekaragaman atau diversifikasi produk, dan pengelolaan keuangan yang lebih terstruktur. Harapannya, pendampingan ini semakin meningkatkan kapasitas pelaku UMKM sehingga mampu memiliki daya saing yang kuat.
“Tujuannya agar UMKM ini dapat mengatasi permasalahan operasional, meningkatkan kualitas layanan, memperluas pangsa pasar, dan pada akhirnya meningkatkan profitabilitas (keuntungan) usaha,” terang Stanley.
Stanley Prabowo dan Sunarto Budiono melakukan pendampingan secara intensif selama 5 pekan terhadap UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC). Pendampingan juga dilakukan untuk mengukur perkembangan UMKM yang didampingi dengan pembekalan dan peningkatan kapasitas yang dibutuhkan, apakah mengalami kemajuan yang nyata atau tidak.
Selama pendampingan, UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC) mendapat pendampingan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem manajemen operasional yang terstandar, agar konsistensi kualitas produk dan pelayanan dapat terjaga. Dilanjutkan pendampingan pengembangan strategi pemasaran digital yang efektif untuk meningkatkan kesadaran merk dan interaksi dengan konsumen, strategi memperluas pangsa pasar produk dan peningkatan omset penjualan melalui aplikasi pengantaran makanan secara daring, serta meningkatkan daya saing usaha melalui inovasi produk yang sesuai dengan pilihan atau kesukaan konsumen.
“Kami juga mendampingi dalam merancang sistem pencatatan dan monitoring cash flow (pemantauan keluar masuknya uang) yang transparan dan akuntabel untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis di masa depan,” imbuh Sunarto Budiono.

Pendampingan UMKM ini secara khusus juga bertujuan membangun komitmen formal antara pendamping dan UMKM dalam pelatihan berkala mengenai standar kualitas, rasa, porsi, dan higienitas (kebersihan) produk yang dijual. Konsistensi kualitas produk dan efisiensi kerja juga perlu dipastikan melalui penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk seluruh aktivitas operasional. Di era serba digital seperti saat ini, media promosi digital melalui website dan sosial media, misalnya Instagram, sangat berpengaruh dalam pengembangan produk maupun sebagai sarana komunikasi pemasaran menjalin kedepatan dengan konsumen.
“Kami juga berusaha mendorong perluasan jangkauan pasar melalui platform pengantaran makanan secara online, misalnya Gofood dan Shopeefood, sebagai upaya meningkatkan omset penjualan. Juga inovasi produk melalui diversifikasi varian sambal dan menu lainnya, serta membangun sistem pencatatan keuangan yang transparan dan akuntabel,” lanjut Stanley.
Pasca pendampingan selama lima minggu, tim pendampingan UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC) telah berhasil mengimplementasikan serangkaian intervensi strategis yang komprehensif untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing usaha. Pendampingan ini mengadopsi pendekatan holistik (utuh) yang mencakup aspek sumber daya manusia, operasional, pemasaran, ekspansi pasar, inovasi produk, dan manajemen keuangan.
Diungkapkan oleh Stanley, pembangunan kapasitas SDM ini menjadi investasi jangka panjang yang akan terus memberikan dampak positif pada kualitas produk dan layanan HFC. Sedangkan pada aspek operasional, penyusunan dan implementasi Standard Operating Procedure (SOP) telah menciptakan sistem kerja yang terstruktur dan terstandarisasi, yang mencakup seluruh proses bisnis dari pengadaan hingga penyajian sehingga memastikan konsistensi operasional yang menjadi kunci kepuasan pelanggan dan efisiensi usaha.
Pada aspek pemasaran digital, Stanley mengungkapkan pengembangan website dan Instagram telah memberikan kehadiran digital yang kuat bagi HFC. Platform digital ini tidak hanya berfungsi sebagai media promosi yang murah atau efektif biaya, tetapi juga sebagai sarana customer relationship management yang memungkinkan interaksi dua arah dengan konsumen. Umpan balik dan testimoni yang dikumpulkan melalui platform ini menjadi sumber informasi berharga untuk secara terus menerus meningkatkan produk.
Sunarto menambahkan, pada aspek ekspansi pasar, registrasi di platform Gofood dan Shopeefood telah membuka channel penjualan baru yang signifikan dan memperluas jangkauan pasar melampaui keterbatasan geografis lokasi fisik. Integrasi dengan platform online food delivery menempatkan HFC dalam ekosistem digital yang sedang berkembang pesat dan memberikan akses ke basis pelanggan yang lebih luas.
“Pada aspek inovasi produk, diversifikasi varian sambal dan penambahan menu mie ayam geprek menunjukkan responsivitas HFC terhadap kebutuhan pasar. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan nilai proposisi kepada pelanggan setia, tetapi juga membuka peluang untuk menarik segmen pasar baru,” papar Sunarto.
Pada aspek manajemen keuangan, implementasi sistem pencatatan yang transparan dan akuntabel memberikan fondasi yang kuat untuk pengambilan keputusan bisnis yang berbasis data. Sistem ini, imbuh Sunarto, memungkinkan pemilik untuk memahami kondisi keuangan secara real-time, mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan merencanakan pertumbuhan dengan lebih baik.
“Secara keseluruhan, program pendampingan ini telah mentransformasi HFC dari usaha yang dikelola secara konvensional menjadi UMKM yang lebih profesional, terstruktur, dan siap untuk berkompetisi di era digital,” lanjut Sunarto, yang menambahkan bahwa perubahan ini mencakup pula aspek teknis operasional, pola pikir dan kultur organisasi yang lebih berorientasi pada kualitas, efisiensi, dan tingkat kepuasan pelanggan.
Stanley menegaskan, pendampingan yang telah dilakukan timnya terhadap UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC), perlu dilanjutkan di masa mendatang dengan program pelatihan berkala untuk memastikan standar kualitas tetap terjaga, serta mengantisipasi keluar masuknya (turnover) karyawan. Sarannya adalah dengan membuat jadwal pelatihan rutin bulanan dengan fokus berbeda setiap bulannya, seperti pengetahuan produk, pelayanan terbaik terhadap pelanggan, keamanan pangan, serta pengelolaan sampah atau limbah.

Saran lain adalah SOP perbaikan produk dan layanan secara berkelanjutan. SOP yang telah disusun perlu dievaluasi dan diperbaharui secara berkala berdasarkan learning dari implementasi dan perubahan kondisi bisnis. Ulasan atau tinjauan SOP bisa dilakukan setiap tiga bulan dan melibatkan karyawan dalam proses perbaikan untuk meningkatkan rasa memiliki.
“Terkait optimalisasi digital marketing. Konten sosial media perlu dikelola secara aktif dan konsisten dengan strategi content calendar yang terencana. Perlu mengalokasikan waktu khusus setiap minggu untuk content creation dan engagement dengan followers. Pertimbangkan untuk menggunakan tools analytics seperti Instagram Insights untuk memahami performa konten dan preferensi audience,” ujar Stanley.
“Ke depan, diharapkan HFC dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi brand kuliner yang kuat dan sustainable, tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik dan karyawan, tetapi juga berkontribusi pada ekosistem kuliner lokal dan perekonomian daerah. Selain itu, kesuksesan HFC dapat menjadi inspirasi dan model bagi UMKM kuliner lainnya,” tambahnya.
Prof. Dr. Agung Winarno, M.M., selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Pendampingan UMKM, menjelaskan bahwa kolaborasi antara akademisi dan praktisi UMKM dalam program pendampingan seperti ini memberikan manfaat mutual, yaitu akademisi dapat mengaplikasikan teori dan konsep dalam konteks nyata sambil berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sedangkan bagi UMKM, bisa mendapatkan akses pada pengetahuan dan sumber daya yang mungkin tidak tersedia sebelumnya.
Prof. Dr. Agung Winarno, M.M., menambahkan, bentuk pendampingan UMKM ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) ke delapan, yakni pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. UMKM sebagai bentuk yang nyata dari masyarakat menengah ke bawah dapat dibantu untuk diberdayakan secara maksimal dengan menggali potensi yang ada, dan dibantu dengan pendampingan dari mahasiswa yang relatif memiliki wawasan yang lebih luas.
“Ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan perolehan pekerjaan yang layak bagi pelaku UMKM, dan individu karyawan yang aktif mendukung di dalamnya,” kata Prof. Dr. Agung Winarno, M.M.
Selain itu, pendampingan ini juga sejalan dengan SDGs ke sepuluh, yaitu berkurangnya kesenjangan. Kesenjangan secara ekonomi, kata Prof. Agung, akan berkurang apabila masyarakat di lapisan menengah ke bawah diberdayakan secara optimal. Dengan bekerja dan menghasilkan produk yang sesuai keinginan pasar, roda ekonomi akan bergerak sehingga dengan sendirinya kesenjangan ekonomi yang ada dapat diperkecil.
“Demikian pula kesenjangan dalam hal tingkat pendidikan yang membutuhkan biaya akan berkurang, apabila ketersediaan dana pembiayaan dapat tercukupi seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat menengah ke bawah.” tandasnya. (Petrus Riski)